IPM Kepulauan Riau 2024: Batam Tertinggi, Lingga Terendah, Kepri di Peringkat 3 Nasional

Ilustrasi
Tanjungpinang, Melayupedia - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) merilis data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2024 pada Jumat, 15 November 2024.
Berdasarkan laporan tersebut, Kota Batam mencatatkan angka IPM tertinggi di Kepri dengan skor 83,32. Sebaliknya, Kabupaten Lingga menjadi daerah dengan IPM terendah, yaitu sebesar 73,05.
Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, dalam konferensi pers menyatakan bahwa peningkatan IPM ini menunjukkan hasil dari penguatan berbagai elemen pendukung, seperti kesehatan, pendidikan, dan pendapatan.
"Dengan angka tersebut, Kepri berada di atas rata-rata nasional," ujar Margaretha.
Rincian IPM Kabupaten/Kota di Kepri 2024:
•Batam: 83,32
•Tanjungpinang: 81,58
•Natuna: 78,60
•Bintan: 77,96
•Karimun: 75,49
•Kepulauan Anambas: 73,47
•Lingga: 73,05
Faktor Pendukung Peningkatan IPM
Peningkatan IPM Kepulauan Riau pada 2024 didukung oleh kemajuan di tiga dimensi utama:
•Umur Panjang dan Hidup Sehat: Umur Harapan Hidup (UHH): 75,12 tahun, naik 0,22 tahun dibandingkan 2023.
•Pendidikan: Harapan Lama Sekolah (HLS): 13,27 tahun, setara dengan pendidikan hingga kuliah tahun pertama. Rata-rata Lama Sekolah (RLS): 10,50 tahun, setara dengan pendidikan SMA kelas X-XI.
•Standar Hidup Layak: Pengeluaran Riil Per Kapita Disesuaikan: Rp 15,573 juta per tahun, naik Rp 575 ribu dibandingkan 2023.
Margaretha menyoroti bahwa meskipun pencapaian ini membanggakan, tantangan tetap ada, terutama dalam mengurangi ketimpangan pendidikan dan menciptakan lapangan kerja.
"Kita harus memperkuat keterampilan tenaga kerja, khususnya di bidang spesifik seperti teknik pengelasan bawah air, yang relevan untuk daerah maritim seperti Kepri," ujarnya.
Kepri berhasil mempertahankan posisinya sebagai provinsi dengan IPM tertinggi di wilayah Sumatera, sekaligus berada di peringkat ketiga secara nasional. Prestasi ini mencerminkan keberhasilan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Namun, Margaretha menegaskan pentingnya sinergi lebih lanjut dalam pengembangan kurikulum dan pelatihan tenaga kerja untuk memastikan kesesuaian antara kemampuan tenaga kerja dengan kebutuhan pasar.
"Langkah ini penting agar peluang kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal," pungkasnya.