• Copyright © melayupedia.com
    All Right Reserved.
    By : MPC

    Mengenal Alu-Lesung, Kesenian Tradisional Kepulauan Natuna

    Alu Lesung, Kesenian Tradisional Anambas Kepri (Dok. beyoung.id)

    BATAM, MELAYUPEDIA.COM - Kesenian tradisional di setiap daerah berbeda-beda, sesuai dengan adat istiadat yang ada.

    Jika berkunjung ke Kepulauan Natuna di Kepulauan Riau (Kepri), kita masih bisa menemukan salah satu kesenian tradisional yang masih diwariskan turun-temurun hingga saat ini, yakni Alu.

    Alu merupakan kesenian tradisional masyarakat Natuna, yang sudah ada sejak zaman penjajahan dimasa lampau.

    Pada masa lalu, hampir diseluruh pelosok penjuru Natuna setiap hari terdengar bunyi lesung. Yang dibunyikan oleh para ibu atau bapak, saat menumpuk hasil ladang seperti padi, jagung dan rempah-rempah masakan.

    Kegiatan menumbuk hasil ladang ini dilakukan secara bersama-sama dan di sela-sela menumbuk hasil ladang, mereka saling berbagi cerita disertai canda tawa tentang pengalaman hidup.

    Seiring berjalannya waktu kegiatan lesung-alu digantikan dengan alat-alat mesin canggih, untuk menggiling padi dan hasil pangan lainnya.

    Sehingga, demi untuk mempertahankan kegiatan lesung-alu, masyarakat setempat mengubah fungsi lesung-alu yang awalnya dipergunakan untuk menumbuk padi sekarang menjadi kesenian tradisi daerah.

    Alu adalah alat untuk menumbuk padi yang dibuat dari kayu. Bahan untuk membuat alu yaitu Kayu Ulin atau Belien dalam bahasa setempat (di Ceruk).

    Alu berbentuk kepalanya (bawah persegi empat, enam, atau delapan). Tetapi ukurannya lebih kecil dari bagian kepala.

    Sedangkan Lesung adalah dasaran penumbuk padi yang ukurannya besar, berbentuk balok persegi panjang yang bagian tengahnya dicekungi cukup dalam.

    Lesung sendiri berbentuk bulat dan diberi lobang tempat padi, pada bagian atasnya ukurannya tidak sama.

    Perbedaan ukuran inilah yang menjadi tangga nada, kalau lesung itu dibunyikan (di tumbuk ke lesung).

    Warna dan ragam hias mengenai warna pada lesung adalah menurut warna asli yang ada pada bahan kayu tersebut.

    Lesung tidak perlu dicat, karena apabila dicat ada mengubah nada yang akan keluar dari lesung dan alu tersebut.

    Lestarikan Alu dengan Kelompok Kesenian

    Salah satu seniman Natuna yang sampai saat ini, masih melestarikan tradisi kesenian Lesung-Alu ini, adalah Pak Sahminan atau yang sering dipanggil dengan sebutan Aki.

    Aki adalah lelaki paruh baya, yang masih aktif memainkan kesenian Lesung – Alu ini. Aki lahir di Desa Ceruk pada tahun 1962.

    Dengan usianya kini yang telah menginjak 55 tahun, beliau juga memiliki kelompok kesenian alu turun temurun dari keluarganya yang bertempat di Desa Ceruk, Bunguran Timur Laut.

    Beliau meneruskan kesenian alu ini pada tahun 1980-an dan anggota kelompok kesenian alu ini, berasal dari anggota keluarga beliau.

    Menurut Aki, kesenian alu harus terus dilestarikan sampai kapanpun. Oleh sebab itu, beliau mengambil anggota kelompok alu yang berasal dari keluarganya agar lebih mudah meneruskannya.

    Kesenian alu yang dikelola Aki kini telah dikenal di segala penjuru Natuna. Bahkan, kelompok kesenian Alu yang berasal dari Desa Ceruk ini, sering tampil di Kota Ranai pada saat hari-hari besar dan juga pernah tampil sampai ke provinsi. 

    Meskipun telah dianggap terkenal, kesenian Alu di Natuna ini belum banyak diketahu masyarakat, bahkan ada yang benar-benar tidak tahu.

    Ini disebabkan karena kurangnya pengenalan masyarakat Natuna, tentang kesenian alu ini dan kesenian alu ini juga jarang tampil didepan umum.

    Kesenian ini hanya tampil ketika ada perayaan, atau ketika pejabat tinggi daerah setempat memanggil kelompok seniman alu ini.

    Gambaran Suka Cita Panen Padi

    Menurut penuturan Pak Sahminan, kesenian Lesung-Alu ini terbentuk, bermula dari pesta panen rakyat di masa lampau.

    Kesenian ini juga merupakan suatu gambaran suka cita masyarakat pada zaman dahulu, atas keberhasilan memanen padi para petani.

    Selain itu, bermain alu pada zaman sekarang telah dipergunakan untuk mengisi hari-hari besar. Seperti perayaan atau bahkan hanya sekedar dimainkan sebagai hiburan.
    Terbatasnya kegiatan yang bisa mempererat talisilaturahmi di masa itu. Yang menyebabkan, munculnya sebuah ide, untuk menciptakan sebuah kesenian yang bisa mempersatukan seluruh masyarakat.

    Terutama untuk saling bahu membahu, dalam permainan kesenian alu ini khususnya pada waktu memanen padi.

    Oleh sebab itulah, dalam permainan lesung-alu ini dibutuhkan 7 orang pemain. Yakni 3 orang di bagian dalam dan 4 orang di bagian luar.

    Hasil rangkaian suara dalam permainan lesung dan alu ini, diambil dari suara kicauan burung, sehingga dalam permainan ini lebih identik dengan kicauan burung.